VERTIGO
PENDAHULUAN
Mungkin semua orang pernah mengalami vertigo. Sewaktu kita masih anak –anak, kita pernah bermain memutar-mutar tubuh kita. Ketika kita berhenti berputar, terasa atau terlihat sekeliling kita bergerak. Ini adalah vertigo.
Jumlah penderita gangguan keseimbangan atau vertigo yang mendatangi rumah sakit atau praktek dokter sulit ditentukan. Karena disadari bahwa gangguan keseimbangan dapat disebabkan oleh beragam penyakit. Sehingga dapat dibedakan jumlah penderita vertigo yang mengunjungi praktek dokter spesialis Telinga-Hidung-Tenggorok atau penyakit Saraf.
Vertigo sering disertai oleh gangguan system otonom seperti rasa mual, muntah dan mungkin keringat yang berlebihan serta pucat. Hal ini dikarenakan apparatus vestibular dihubungkan dengan pusat otonom dalam formation retikularis batang otak.
Istilah yang dipergunakan untuk menggambarkan vertigo berbeda-beda misalnya pusing, pening, rasa berputar, sempoyongan, rasa seperti melayang atau merasakan badan atau dunia sekelilingnya berputar-putar dan berjungkir balik.
Keseimbangan bergantung pada empat system berbeda yang tidak saling tergantung. Pertama. System vestibular yang menangkap gerakan akselerasi dan persepsi gravitasi. Rangsangan proprioseptif dari sensasi posisi sendi serta tonus otot member informasi menyangkut hubungan antara kepala dan bagian tubuh lainnya. Yang ketiga, penglihatan member persepsi dari sensasi posisi, kecepatan, dan orientasi. Yang terakhir, semua sensasi ini di integrasikan pada batang otak dan serebelum.
DEFINISI
Vertigo ialah ilusi bergerak. Ada yang menyebutnya sebagai halusinasi gerakan. Penderita merasakan atau melihat lingkungannya bergerak, padahal lingkungannya diam, atau penderita merasakan dirinya bergerak padahal tidak.
Pada umumnya vertigo dijelaskan sebagai adanya ketidakseimbangan atau gangguan keseimbangan. Vertigo berasal dari bahasa Yunani yang berarti sensasi bergerak atau berputar. Vertigo disebut subjektif bila penderita merasa dirinya yang bergerak atau berputar. Vertigo disebut objektif bila penderita melihat sekelilingnya yang bergerak atau berputar.
ANATOMI
Jaringan saraf yang terkait dalam proses sindrom vertigo :
1. Reseptor alat keseimbangan tubuh: reseptor mekanis di vestibulum, reseptor cahaya di retina, reseptor mekanis di kulit, otot, dan persendian.
2. Saraf aferen, berperan menghantarkan impuls ke pusat-pusat keseimbangan di otak: saraf vestibular, saraf optic, saraf spinoserebelaris.
3. Pusat-pusat keseimbangan inti vestibulum, serebelum, korteks serebri, hipotalamus, pusat saraf otonom di batang otak, inti okulomotorius, formation retikularis.
PATOFISIOLOGI
Keseimbangan yang normal membutuhkan bahwa kita secara akurat dapat mengidentifikasi posisi kita terhadap lingkungan, dapat mengidentifikasi gerakan kita dan mengontrol gerakan kita. Tugas ini dilakukan oleh seperangkat system saraf yang mengkoordinasi informasi sensorik mengenai kita dan lingkungan.
Penglihatan (vision) mensuplai informasi mengenai posisi dan gerakan objek, somato-sensorik (rasa raba dan proprioseptif) member masukan mengenai posisi dari tubuh serta bagian-bagiannya, dan input dari vestibular memberikan informasi mengenai gerak kepala dan posisi kepala sehubungan dengan gravitasi, input sensorik ini kemudian diolah di otak, yang kemudian menciptakan tingkah yang dibutuhkan untuk mempertahankan keseimbangan dan orientasi sewaktu kita melakukan kegiatan atau aktivitas sehari-hari.
Tetapi bila oleh suatu sebab terjadi hal-hal yang menyimpang, impuls yang berasal dari kanalis semisirkularis mencapai nucleus motorik otot-otot mata (nistagmus), medula spinalis (rasa tidak mantap dari kecenderungan untuk jatuh pada waktu berjalan dan berdiri) dan pusat otonom dalam formation retikularis (berkeringat, pucat).
PENYEBAB VERTIGO
1. Penyakit system vestibular perifer
Benda asing, radang (labirinitis), trauma, perdarahan, gangguan saraf VIII (karena trauma, infeksi)
2. Penyakit susunan saraf pusat :
Iskemia otak, infeksi, trauma kepala, tumor, epilepsy.
3. Kelainan endokrin (hormonal) :
Hipotiroid, hipoglikemik, menstruasi, menopause.
4. Kelainan psikiatri :
Depresi, neurosa, cemas, fobia.
5. Kelainan mata.
6. Intoksikasi makananan, minuman, dan obat-obatan :
Streptomisin, antikonvulsan, antihipertensi, penenang, alcohol, gentamisin kinin.
KLASIFIKASI VERTIGO
Vertigo dapat berasal dari kelainan di sentral (batang otak, serebelum atau otak) atau di perifer (telinga – dalam, atau saraf vestibular).
VERTIGO SENTRAL
Penyebab vertigo jenis sentral biasanya ada gangguan di batang otak atau di serebelum. Untuk menentukan gangguan di batang otak, apakah terdapat gejala lain yang khas bagi gangguan di batang otak, misalnya diplopia, parestesia, perubahan sensibilitas dan fungsi motorik, rasa lemah.
Perlu dicari gejala gangguan serebelar lainnya, seperti gangguan koordinasi. Penderita gangguan serebelar mungkin mempunyai kesulitan dalam melaksanakan gerak supinasi dan pronasi tangannya secara berturut-turut (dysdiadokinesia).
Percobaan tunjuk – hidung (penderita disuruh menunjuk jari pemeriksaan dan kemudian setelah itu menunjuk hidungnya) dilakukannya dengan buruk dan terlihat adanya gejala atakia.
VERTIGO PERIFER
Lamanya vertigo berlangsung :
a. Episode (serangan) vertigo yang berlangsung beberapa detik
Paling sering disebabkan oleh vertigo posisional benigna. Dapat dicetuskan oleh perubahan posisi kepala. Berlangsung beberapa detik dan kemudian mereda. Paling sering penyebabnya idiopatik (tidak diketahui), namun dapat juga diakibatkan oleh trauma di kepala, pembedahan di telinga atau oleh neuronitis vestibular. Prognosis umumnya baik, gejala menghilang secara spontan.
b. Episode vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun (tuli), vertigo dan tinitus.
c. Serangan vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering datang ke unit darurat. Pada penyakit ini, mulainya vertigo dan nausea serta muntah yang menyertainya ialah mendadak, dan gejala ini dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Fungsi pendengaran tidak terganggu pada neuronitis vestibular. Pada pemeriksaan fisik mungkin dijumpai nistagmus.
Benign positional vertigo adalah bentuk vertigo yang menyerang dalam jangka waktu pendek namun berulang-ulang. Gejalanya hanya dalam hitungan detik tetapi bisa cukup berat, seringkali muncul setelah kita terserang infeksi virus atau adanya peradangan dan kerusakan di daerah telinga tengah. Gejalanya bisa muncul jika kita menggerakkan kepala tiba-tiba, misalnya saat menoleh dengan gerakan yang cepat.
DIAGNOSIS
Anamnesa
Kata-kata yang digunakan penderita untuk menyatakan vertigo atau gangguan keseimbangan lainnya beragam. Harus ditanyakan apakah ada pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap munculnya vertigo. Posisi mana yang dapat memicu vertigo. Penting ditanyakan keadaan apalagi, selain perubahan posisi, yang dapat membuat gejala vertigo bertambah berat. Sesekali ditemukan penderita mengeluh bahwa masukan visual saja cukup untuk mencetuskan vertigo. Keluhan rasa tidak stabil pada gangguan vestibular menjadi lebih buruk bila fiksasi penglihatan dihilangkan. Lain halnya gangguan serebelum, ketidakseimbangan tidak dipengaruhi oleh atau bertambah buruk oleh fiksasi visual. Salah satu keadaan yang dapat mengganggu penderita dengan gangguan vestibular ialah rasa disorientasi (orientasi terganggu). Ada penderita yang aparat vestibular perifernya rusak, mengeluhkan osilopsia (= suatu ilusi bahwa benda yang diam tampaknya bergerak maju mundur). Gangguan vestibular sering mengakibatkan nausea (rasa enek) dan bila dapat mengakibatkan muntah, keadaan ini lebih mencolok pada lesi perifer dan kurang pada penyakit serebelar. Vertigo yang berasal dari gangguan di telinga dalam umumnya timbul mendadak. Permulaan yang gradual cenderung berasal dari susunan saraf pusat. Gejala yang timbul intermiten dijumpai pada penyakit telinga dalam. Dan gejala yang terus menerus dicurigai adanya kelainan di susunan saraf pusat. Umumnya lebih sentral letak kelainannya, lebih lama berlangsungnya keluhan vertigo. Bila keluhan vertigo meningkat bila penderita berubah posisi, hal ini menunjukkan bahwa gangguan ada di system vestibular, baik yang perifer maupun yang sentral. Bila vertigo timbul hanya pada posisi tertentu, dicurigai ada disfungsi otolit, seperti pada vertigo posisional benigna.
Pemeriksaan
1. Gejala objektif daripada vertigo ialah adanya nistagmus
Nistagmus mempunyai ciri sesuai gerakannya (misalnya “jerk” dan pedunlar), menurut bidang gerakannya (horizontal, rotatoar, vertical, campuran), arah gerakan, amplitude dan lamanya nistagmus berlangsung. Dianggap berasal dari susunan saraf pusat (sentral) yaitu nistagmus yang vertikal murni, nistagmus yang berubah arah, nistagmus yang sangat aktif namun tanpa vertigo. Didapat pada gangguan vestibular perifer yaitu nistagmus yang rotatoar.
2. Tes Romberg dipertajam
Pada tes ini penderita berdiri dengan kaki yang satu di depan kaki yang lainnya, tumit kaki yang satu berada di depan jari-jari kaki yang lainnya (tandem). Lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup. Orang normal mampu berdiri dalam sikap Romberg yang dipertajam selama 30 detik atau lebih.
3. Tes melangkah di tempat (stepping test)
Penderita disuruh berjalan di tempat, dengan mata ditutup, sebanyak 50 langkah dengan kecepatan seperti berjalan biasa. Harus berusaha agar tetap ditempat dan tidak beranjak selama tes ini. Tes ini dapat mendeteksi gangguan sistem vestibular. Kedudukan akhir dianggap abnormal bila penderita beranjak lebih dari 1 meter atau badan terputar lebih dari 30 derajat.
4. Salah tunjuk (past – pointing)
Penderita disuruh merentangkan lengannya dan telunjuknya menyentuh telunjuk pemeriksa. Kemudian ia disuruh menutup mata, mengangkat lengannya tinggi-tinggi dan kemudian kembali ke posisi semula. Pada gangguan vestibular didapatkan salah tunjuk (deviasi) demikian juga dengan gangguan serebelar.
5. Maneuver Nylen – Barany atau Manuver Hallpike
Untuk membangkitkan vertigo dan nistagmus posisional pada penderita dengan gangguan sistem vestibular dan dilakukan maneuver Hallpike. Pada tes ini penderita disuruh duduk di tempat tidur periksa. Kemudian ia direbahkan sampai kepala bergantung di pinggir tempat tidur dengan sudut sekitar 30 derajat dibawah horizon kepala ditolehkan ke kiri. Tes kemudian diulang dengan kepala melihat lurus, dan diulangi lagi dengan kepala menoleh ke kanan. Penderita disuruh tetap membuka matanya agar pemeriksa dapat melihat kapan muncul nistagmus.
6. Tes kalori
Kepala penderita diangkat ke belakang (menengadah) sebanyak 60 derajat (tujuannya ialah agar bejana lateral di labirin berada dalam posisi vertical, dengan demikian dapat dipengaruhi secara maksimal oleh aliran konveksi yang diakibatkan oleh endolimf). Tabung suntik berukuran 20 ml dengan ujung jarum yang dilindungi dengan karet berukuran nomor 15 diisi dengan air bersuhu 30° C. air disemprotkan ke liang telinga dengan kecepatan 1 ml/detik. Arah nistagmus ialah ke sisi yang berlawanan dengan sisi telinga yang dialiri. Arah gerakan dicatat, frekuensinya juga (biasanya 3-5x/detik), dan lamanya biasanya1/2-2 menit. Setelah beristirahat 5 menit, telinga kedua dites.
7. Elektronistagmografi
Pada pemeriksaan ini diberikan stimulus kalori ke liang telinga dan lamanya serta cepatnya nistagmus yang timbul dicatat pada kertas, menggunakan teknik yang mirip dengan elektrokardiografi.
8. Posturografi
Dalam mempertahankan keseimbangan terdapat 3 unsur yang memainkan peranan penting, yaitu sistem visual, vestibular, dan somatosensorik. Dengan tes posturografi dapat dievaluasi sistem visual, vestibular dan somatosensorik.
PENGOBATAN
1. Terapi kausal
Obati penyebab dasarnya
2. Terapi simptomatik (medikamentosa)
Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali merasa sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar kasus terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu. Beberapa golongan yang sering digunakan :
· ANTIHISTAMIN
Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo. Antihistamin yang dapat meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin. Antihistamin yang mempunyai anti vertigo juga memiliki aktivitas antikholinergik sentral ini ada kaitannya dengan kemampuannya sebagai obat antivertigo. Efek samping yang umum dijumpai ialah sedasi (mengantuk).
BETAHISTIN
Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat meningkatkan sirkulasi di telinga dalam, dapat diberikan untuk mengatasi gejala vertigo. Efek samping Betahistin ialah gangguan di lambung, rasa enek, dan sesekali “rash” di kulit.
BETAHISTIN MESYLATE (MERISLON)
Dapat diberikan dengan dosis 6 mg (1 tablet) – 12 mg, 3 kali sehari per oral.
BETAHISTIN DI HCL (BETASERC)
Dapat diberikan dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali sehari.
DIMENHIDRINAT (DRAMAMINE)
Lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Dapat diberi per oral atau parenteral (suntikan intramuscular dan intravena). Dapat diberikan dengan dosis 25 mg – 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari. Efek samping ialah mengantuk.
DIFHENHIDRAMIN HCL (BENADRYL)
Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1 kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga diberikan parenteral. Efek samping mengantuk.
· ANTAGONIS KALSIUM
Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis kalsium Cinnarizine (Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering digunakan. Merupakan obat supresan vestibular karena sel rambut vestibular mengandung banyak terowongan kalsium.
CINNARIZINE (STUGERONE)
Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi respons terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15 – 30 mg, 3 kali sehari atau 1 x 75 mg sehari. Efek samping ialah rasa mengantuk (sedasi), rasa cape, diare atau konstipasi, mulut rasa kering dan “rash” di kulit.
· FENOTIAZINE
Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetic (anti muntah). Namun tidak semua mempunyai sifat anti vertigo. Khlorpromazine (Largactil) dan Prokhlorperazine (Stemetil) sangat efektif untuk nausea namun kurang berkhasiat terhadap vertigo.
PROMETHAZINE (PHENERGAN)
Merupakan golongan Fenotiazine yang paling efektif mengobati vertigo. Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam. Diberikan dengan dosis 12,5 mg – 25 mg (1 draze), 4 kali sehari per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau intravena). Efek samping yang sering dijumpai ialah sedasi (mengantuk), sedangkan efek samping ekstrapiramidal lebih sedikit disbanding obat Fenotiazine lainnya.
KHLORPROMAZINE (LARGACTIL)
Dapat diberikan pada penderita dengan serangan vertigo yang berat dan akut. Obat ini dapat diberikan per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau intravena). Dosis yang lazim ialah 25 mg (1 tablet) – 50 mg, 3 – 4 kali sehari. Efek samping ialah sedasi (mengantuk).
· OBAT SIMPATOMIMETIK
Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Salah satunya obat simpatomimetik yang dapat digunakan untuk menekan vertigo ialah efedrin.
EFEDRIN
Lama aktivitas ialah 4 – 6 jam. Dosis dapat diberikan 10 -25 mg, 4 kali sehari. Khasiat obat ini dapat sinergistik bila dikombinasi dengan obat anti vertigo lainnya. Efek samping ialah insomnia, jantung berdebar (palpitasi) dan menjadi gelisah – gugup.
· OBAT PENENANG MINOR
Dapat diberikan kepada penderita vertigo untuk mengurangi kecemasan yang diderita yang sering menyertai gejala vertigo.efek samping seperti mulut kering dan penglihatan menjadi kabur.
LORAZEPAM
Dosis dapat diberikan 0,5-1 mg
DIAZEPAM
Dosis dapat diberikan 2-5 mg.
· OBAT ANTI KHOLINERGIK
Obat antikolinergik yang aktif di sentral dapat menekan aktivitas sistem vestibular dan dapat mengurangi gejala vertigo.
SKOPOLAMIN
Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan fenotiazine atau efedrin dan mempunyai khasiat sinergistik. Dosis skopolamin ialah 0,3 mg-0,6 mg, 3-4 kali sehari.
3. Terapi fisik
Susunan saraf pusat mempunyai kemampuan untuk mengkompensasi gangguan keseimbangan. Namun kadang-kadang dijumpai beberapa penderita yang kemampuan adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya gangguan lain di susunan saraf pusat atau didapatkan deficit di sistem visual atau proprioseptifnya. Kadang-kadang obat tidak banyak membantu, sehingga perlu latihan fisik vestibular. Latihan bertujuan untuk mengatasi gangguan vestibular, membiasakan atau mengadaptasi diri terhadap gangguan keseimbangan. Tujuan latihan ialah :
1. Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disekuilibrium untuk meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lambat laun.
2. Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata.
3. Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan
Contoh latihan :
1. Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup.
2. Olahraga yang menggerakkan kepala (gerakan rotasi, fleksi, ekstensi, gerak miring).
3. Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian dengan mata tertutup.
4. Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan mata tertutup.
5. Berjalan “tandem” (kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki yang satu menyentuh jari kaki lainnya dalam melangkah).
6. Jalan menaiki dan menuruni lereng.
7. Melirikkan mata kea rah horizontal dan vertikal.
8. Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak dan juga memfiksasi pada objek yang diam.
Pencegahan vertigo
Langkah-langkah berikut ini dapat meringankan atau mencegah gejala vertigo:
- Tidurlah dengan posisi kepala yang agak tinggi.
- Bangunlah secara perlahan dan duduk terlebih dahulu sebelum kita berdiri dari tempat tidur.
- Hindari posisi membungkuk bila mengangkat barang.
- Hindari posisi mendongakkan kepala, misalnya untuk mengambil suatu benda dari ketinggian.
Gerakkan kepala secara hati-hati jika kepala kita dalam posisi datar (horisontal) atau bila leher dalam posisi mendongak.
STATUS NEUROLOGI
No. MR : 35950000
Diagnosis : Vertigo
NAMA (Inisial) : Ny. D MASUK TGL : 04/03/2010
JENIS KELAMIN : Perempuan KELUAR TGL : 10/03/2010
UMUR : 64 th MENINGGAL TGL : -
PEKERJAAN : IRT DOKTER : dr. Ayub L. Pattinama, Sp.S
PENDIDIKAN : - KO-ASSISTEN : Irwandi
AGAMA : Islam
ALAMAT : Cipinang Bali RT 009/003 No. 75 A Cipin Melayu Makasar
ANAMNESIS
- Auto Anamnesis : Pasien (04/03/2010)
- Allo Anamnesis : -
- Keluhan utama : Pusing berputar
- Keluhan tambahan : Demam, mual, batuk, pilek
- Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien wanita usia 64 tahun datang ke UGD RS UKI dengan keluhan utama pusing berputar. Keluhan tambahan ada demam, batuk, pilek.
Kurang lebih 11 jam SMRS pasien merasa pusing berputar, terus-menerus, makin lama pusing bertambah berat. Pusing semakin terasa bila pasien duduk, berjalan, dan bila kepala menengadah. Pusing berkurang bila pasien berbaring dan menutup mata. Pusing tidak berkurang bila pasien berbaring miring ke kiri atau ke kanan. Pusing terjadi saat pasien merasa nyeri ulu hati, pusing disertai mual. Pasien menyangkal adanya telinga berdengung, penurunan pendengaran dan muntah.
Kurang lebih 3 hari yang lalu pasien sudah merasa demam, batuk, dan pilek. Pasien sudah berobat ke dokter kemudian diberikan amoksisilin dan obat batuk. Batuk tidak berdahak.
Kurang lebih 1 bulan yang lalu pasien baru mengetahui ada tekanan darah tinggi. Pasien menyangkal pernah berbicara pelo dan lumpuh separoh badan. Pasien mengatakan dulu pernah kecelakaan tertabrak motor kira-kira umur 50 tahun. Pasien mengatakan dulu waktu masih muda sering mengalami pusing tujuh keliling.
Pasien punya kebiasaan merokok, minum kopi dan teh sejak berumur 15 tahun sampai 63 tahun.
· TERAPI YANG TELAH DIDAPAT : Antibiotik + obat batuk
· PENYAKIT DAHULU : Pasien mengatakan dulu sering pusing
tujuh keliling.
· MAKAN, MINUM, KEBIASAAN : Pasien suka makanan berlemak dan
merokok.
· KEDUDUKAN DALAM KELUARGA : Ibu rumah tangga
· LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL : Kota
PEMERIKSAAN UMUM
KEADAAN UMUM : TSS
KESADARAN : CM KOOPERASI : Kooperatif
NADI : 92 x/menit SUHU : 37.9 0C
TEKANAN DARAH : 140/70 mmHg RESPIRASI : 20 x/menit
UMUR KLINIS : Enam puluhan
BENTUK BADAN : Atletikus
GIZI : Baik
STIGMATA : Tidak ada TROFIK : Baik
KULIT : Coklat TURGOR : Baik
KUKU : Sianosis (-) LAIN-LAIN : Baik
KEL. GETAH BENING : Tidak teraba membesar
PEMBULUH DARAH :
A. Carotis : Palpasi kanan dan kiri : Sama
Auskultasi : Bising tidak ada
PEMERIKSAAN REGIONAL
KEPALA : Normochepali
KALVARIUM : Tidak ada kelainan
MATA : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
HIDUNG : Bentuk biasa, simetris, lapang, sekret +/+
MULUT : Tidak ada kelainan
TELINGA : Tidak ada kelainan
OKSIPUT : Tidak ada kelainan
LEHER : Tidak ada kelainan
TORAKS : Pergerakan dinding dada simetris, kanan = kiri
JANTUNG : BJ I-II Normal, Gallop Ө, Murmur Ө
PARU-PARU : BND Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
ABDOMEN : Perut tampak datar, nyeri tekan Ө, BU (+) 3 x/menit, perkusi timpani, nyeri ketok Ө
HEPAR : Tidak teraba
LIEN : Tidak teraba
VESIA URINARIA : Tidak dilakukan
GENITALIA EKSTERNA : Tidak dilakukan
EKSTREMITAS : Tidak ada kelainan
SENDI-SENDI : Tidak ada kelainan
OTOT-OTOT : Tidak ada kelainan
GERAKAN LEHER : Baik
GERAKAN TUBUH : Baik
NYERI KETOK : -
NYERI SUMBU : -
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
1. TANDA-TANDA PERANGSANGAN MENINGEN
Kaku kuduk : -
Brudzinski I : -
Brudzinksi II : -/-
Kernig : -/-
Laseque : > 700/ > 700
2. GANGGUAN SARAF OTAK
· N I (OLFAKTORIUS)
Kanan Kiri
- Penciuman (kualitas) Normosmia, kanan = kiri
·
Kanan Kiri
- Visus (kasar) Baik Baik
- Buta warna Baik Baik
- Kampus (konfrontasi) Baik Baik
- Funduskopi Tidak dilakukan
· N III, IV, VI (OKULOMOTORIUS, TROKHLEARIS, ABDUSEN)
SIKAP BOLA MATA
PTOSIS : -
STRABISMUS : -
NISTAGMUS : -
EKSOPTALMUS : -
ENOPTALMUS : -
DIPLOPIA : -
DEVIASI KONJUGE : -
PERGERAKAN BOLA MATA
LATERAL KANAN : Baik
LATERAL KIRI : Baik
ATAS : Baik
BAWAH : Baik
BERPUTAR : Baik
PUPIL
BENTUK : Bulat, Ø 3 mm/3 mm
ISOKOR : Isokor
Kanan Kiri
REFLEKS CAHAYA
Langsung + +
Konsensual + +
REFLEKS AKOMODASI + +
· N V (TRIGEMINUS)
Kanan Kiri
MOTORIK
MEMBUKA MULUT Baik Baik
GERAKAN RAHANG Baik Baik
MENGGIGIT Baik Baik
SENSORIK Kanan Kiri
RASA RABA
o V1 Baik, kanan = kiri
o V2 Baik, kanan = kiri
o V3 Baik, kanan = kiri
RASA NYERI
o V1 Baik, kanan = kiri
o V2 Baik, kanan = kiri
o V3 Baik, kanan = kiri
RASA SUHU : Tidak dilakukan
RASA SELAPUT LENDIR : Tidak dilakukan
NOKTAH NYERI
- Foramen Supra-orbita : Tidak dilakukan
- Foramen Infra-orbita : Tidak dilakukan
- Foramen Mentale : Tidak dilakukan
REFLEKS
- REFLEKS KORNEA : +/+
- REFLEKS MASETER : (+)
· N.VII (FASIALIS)
SIKAP WAJAH (dalam istirahat) : Simetris
MIMIK : Biasa
Kanan Kiri
ANGKAT ALIS Bisa Bisa
KERUT DAHI Bisa Bisa
LAGOFTALMUS Tidak ada Tidak ada
KEMBUNG PIPI Bisa Bisa
MENYERINGAI (SNL) Simetris Simetris
RASA KECAP (2/3 depan) Baik Baik
FENOMENA ”CHVOSTEK” - -
·
VESTIBULARIS
NISTAGMUS : -/-
VERTIGO : +
KOKHLEARIS Kanan Kiri
SUARA BISIK Baik kanan = kiri
GESEKAN JARI Baik kanan = kiri
TES RINNE Tidak dilakukan
TES WEBER Tidak dilakukan
TES SCHWABAH Tidak dilakukan
· N. IX, X (GLOSOFARINGEUS, VAGUS)
ARKUS FARING : Simetris, kanan = kiri
PALATUM MOLE : Simetris
UVULA : Ditengah
DISFONI : -
RINOLALI : -
DISFAGI : -
DISATRIA : -
MENELAN : Baik
REFLEKS FARING : +
REFLEKS OKULOKARDIAK : Å normal
REFLEKS SINUS KAROTIKUS : Å normal
· N .XI (ASESORIUS)
Kanan Kiri
MENOLEH (kanan, kiri) Baik Baik
ANGKAT BAHU Baik Baik
·
SIKAP LIDAH DALAM MULUT : Simetris
JULUR LIDAH : Baik, tidak ada deviasi
GERAKAN LIDAH : Baik
TREMOR : -
FASIKULASI : -
ATROFI :-
TENAGA OTOT LIDAH : Baik
3. MOTORIK
- DERAJAT KEKUATAN OTOT (0-5)
Kanan Kiri
LENGAN - Atas 5 5
- Bawah 5 5
- Lengan 5 5
- Jari 5 5
TUNGKAI - Atas 5 5
- Bawah 5 5
- Kaki 5 5
- Jari 5 5
- BERDIRI
JONGKOK BERDIRI : Tidak dilakukan
JALAN - Langkah : Tidak dilakukan
- Lenggang lengan : Tidak dilakukan
- Di atas tumit : Tidak dilakukan
- Jinjit : Tidak dilakukan
- TONUS OTOT (Hiper, normo, hipo, atoni)
Kanan Kiri
LENGAN - Fleksor Normotonus Normotonus
- Ekstensor Normotonus Normotonus TUNGKAI - Fleksor Normotonus Normotonus
- Ekstensor Normotonus Normotonus
- TROFI OTOT
Kanan Kiri
LENGAN Normotrofi Normotrofi
TUNGKAI Normotrofi Normotrofi
- GERAKAN SPONTAN ABNORMAL
KEJANG : -
TETANI : -
TREMOR : -
KHOREA : -
ATETOSIS : -
BALISMUS : -
DISKINESIA : -
MIOKLONIK : -
4. KOORDINASI
STATIS
Duduk : Tidak dilakukan
Berdiri : Tidak dilakukan
Test Romberg : +
DINAMIS
Telunjuk Hidung : Kanan dan kiri baik
Jari-jari : Kanan dan kiri baik
Tremor Intensi : Tidak ada
Disdiadokinesis : Tidak ada
Dismetri : Tidak ada
Bicara (Disartri) : Tidak ada
Menulis : Baik
5. REFLEKS
REFLEKS TENDO
Kanan Kiri
Biseps ++ ++
Triseps ++ ++
Radius ++ ++
Ulna ++ ++
Knee Pes Reflex ++ ++
Achilles Pes Reflex ++ ++
REFLEKS KULIT
Kulit Perut : +
Kremaster : Tidak dilakukan
Anus Interna : Tidak dilakukan
Anus Eksterna : Tidak dilakukan
REFLEKS ABNORMAL
Kanan Kiri
Babinski - -
Chaddok - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Rossolimo - -
Mendel Behterew - -
Hoffman Tromner - -
Klonus lutut - -
Klonus kaki - -
6.SENSIBILITAS
EKSTEROSEPTIF
Rasa raba : Baik, kanan = kiri
Rasa nyeri : Baik, kanan = kiri
Rasa suhu : Tidak dilakukan
PROPIOSEPTIF
Kanan Kiri
Rasa sikap Baik Baik
Rasa getar (garpu tala) Tidak dilakukan
7.VEGETATIF
MIKSI : Normal
DEFEKASI : Normal
SALIVASI : Baik
SEKRESI KERINGAT : Biasa
FUNGSI SEKS : Tidak dilakukan
8.FUNGSI LUHUR
MEMORI : Baik
BAHASA : Baik
AFEK DAN EMOSI : Baik
VISUOSPATIAL : Baik
KOGNITIF : Baik
9. TANDA REGRESI
REFLEKS MENGHISAP : Tidak ada
REFLEKS MENGGIGIT : Tidak ada
REFLEKS MEMEGANG : Tidak ada
SNOUT REFLEX : Tidak ada
10. PALPASI SARAF TEPI
N. ULNARIS : Tidak teraba
N. AURIKULARIS MAGNUS : Tidak teraba
11. LABORATORIUM
Tanggal: 4/3/2010 Waktu: 17:19
Hematologi
Hb : 12.6 gr%
Leukosit : 5500/ml
Trombosit : 250.000/ml
Ht : 40 %
GDS : 85 mg/dl
Chemistry
Ureum darah : 21 mg/dl
Kreatinin darah : 0,99 mg/dl (0.60-0.90 mg/dl)
Elektrolit Darah
Na : 145 mmol/L
K : 4.1 mmol/L
Cl : 103 mmol/L
11.RESUME
Pasien wanita usia 64 tahun datang ke UGD RS UKI dengan keluhan utama pusing berputar. Keluhan tambahan ada demam, batuk, pilek.
Kurang lebih 11 jam SMRS pasien merasa pusing berputar, terus-menerus, makin lama pusing bertambah berat. Pusing semakin terasa bila pasien duduk, berjalan, dan bila kepala menengadah. Pusing berkurang bila pasien berbaring dan menutup mata. Pusing tidak berkurang bila pasien berbaring miring ke kiri atau ke kanan. Pusing terjadi saat pasien merasa nyeri ulu hati, pusing disertai mual. Pasien menyangkal adanya telinga berdengung, penurunan pendengaran dan muntah.
Kurang lebih 3 hari yang lalu pasien sudah merasa demam, batuk, dan pilek. Pasien sudah berobat ke dokter kemudian diberikan amoksisilin dan obat batuk. Batuk tidak berdahak.
Kurang lebih 1 bulan yang lalu pasien baru mengetahui ada tekanan darah tinggi. Pasien menyangkal pernah berbicara pelo dan lumpuh separoh badan. Pasien mengatakan dulu pernah kecelakaan tertabrak motor kira-kira umur 50 tahun. Pasien mengatakan dulu waktu masih muda sering mengalami pusing tujuh keliling.
Pasien punya kebiasaan merokok, minum kopi dan teh sejak berumur 15 tahun sampai 63 tahun. Pasien suka makan makanan berlemak.
Dari pemeriksaan umum didapatkan :
Status Generalis
TEKANAN DARAH : 140/70 mmHg
NADI : 92 x/menit
SUHU : 37,9 0C
RESPIRASI : 20x/menit
Status Neurologis
Rangsang Meningeal : -
Saraf Otak : Baik
Motorik : 5555 5555 Normotonus, Eutrophi
5555 5555
Gerakan spontan abnormal : Tidak ada
Koordinasi : Tes Romberg +
Sensibilitas : Baik
Fungsi Luhur : Baik
Laboratorium
Kreatinin darah : 0,99 mg/dl (0.60-0.90 mg/dl)
DIAGNOSIS
Klinis : Vertigo tipe sentral
Topis : Sistem vertebro-basiler
Etiologi : Insufisiensi vertebro-basiler
DIAGNOSIS BANDING : Vertigo tipe perifer, TIA, Epilepsi
TERAPI
Diet : Biasa + RG III
IVFD : I RL/24 jam
MM :
- Acyclovir 4 x 200 mg
- Amoksisilin 3 x 500 mg
- Sumagesik 3 x 1 tab
PEMERIKSAAN ANJURAN
- EKG
- CT Brain
- Rontgen thorak
- H2TL
- Ureum darah
- Elektrolit
PROGNOSIS
- Ad vitam : Bonam
- Ad sanationum : Bonam
- Ad functionum : Bonam
FOLLOW UP
5 Maret 2010 (PH 1)
S) Pusing berputar berkurang
O)
St. Generalis
KU : TSS Kes : CM
TD : 140/80 mmHg Nd : 84 x/menit
RR : 20 x/menit Sh : 36,50C
St. Neurologis
Rangsang Meningeal : y
Saraf Kranial : Tidak ada kelainan
Motorik : 5555 5555
5555 5555
Koordinasi : Tes Romberg +
Refleks Fisiologis : ++/++
Refleks Patologis : -/-
Sensibilitas : Baik
Fungsi Luhur : Baik
A) DK : Vertigo tipe sentral
DT : Sistem vertebro-basiler
DE : Insufisiensi vertebro-basiler
P) Diet : Biasa + RG III
IVFD : I RL + Brainolin 100 mg/24 jam
MM/
- Acyclovir 4 x 200 mg
- Amoksisilin 3 x 500 mg
- Sumagesik 3 x 1 tab
- Simvastatin 1 x 20 mg
- Acran injeksi 2 x 1 ampul
6 Maret 2010 (PH 2)
S) Pusing berputar berkurang dari hari sebelumnya
O)
St. Generalis
KU : TSS Kes : CM
TD : 130/80 mmHg Nd : 78 x/menit
RR : 20 x/menit Sh : 36,50C
St. Neurologis
Rangsang Meningeal : y
Saraf Kranial : Tidak ada kelainan
Motorik : 5555 5555
5555 5555
Koordinasi : Tes Romberg +
Refleks Fisiologis : ++/++
Refleks Patologis : -/-
Sensibilitas : Baik
Fungsi Luhur : Baik
A) DK : Vertigo tipe sentral
DT : Sistem vertebro-basiler
DE : Insufisiensi vertebro-basiler
P) Diet : Biasa + RG III
IVFD : I RL + Brainolin 100 mg/24 jam
MM/
- Acyclovir 4 x 200 mg
- Amoksisilin 3 x 500 mg
- Sumagesik 3 x 1 tab
- Simvastatin 1 x 20 mg
- Acran injeksi 2 x 1 ampul
7 Maret 2010 (PH 3)
S) Pusing berputar berkurang dari hari sebelumnya
O)
St. Generalis
KU : TSS Kes : CM
TD : 130/80 mmHg Nd : 80 x/menit
RR : 20 x/menit Sh : 36,50C
St. Neurologis
Rangsang Meningeal : y
Saraf Kranial : Tidak ada kelainan
Motorik : 5555 5555
5555 5555
Koordinasi : Baik
Refleks Fisiologis : ++/++
Refleks Patologis : -/-
Sensibilitas : Baik
Fungsi Luhur : baik
A) DK : Vertigo tipe sentral
DT : Sistem vertebro-basiler
DE : Insufisiensi vertebro-basiler
P) Diet : Biasa + RG III
IVFD : I RL + Brainolin 100 mg/24 jam
MM/
- Acyclovir 4 x 200 mg
- Amoksisilin 3 x 500 mg
- Sumagesik 3 x 1 tab
- Simvastatin 1 x 20 mg
- Acran injeksi 2 x 1 ampul
8 Maret 2010 (PH 4)
S) Pusing berputar berkurang dari hari sebelumnya
O)
St. Generalis
KU : TSS Kes : CM
TD : 150/80 mmHg Nd : 80 x/menit
RR : 20 x/menit Sh : 36,50C
St. Neurologis
Rangsang Meningeal : y
Saraf Kranial : Tidak ada kelainan
Motorik : 5555 5555
5555 5555
Koordinasi : Baik
Refleks Fisiologis : ++/++
Refleks Patologis : -/-
Sensibilitas : Baik
Fungsi Luhur : Baik
A) DK : Vertigo tipe sentral
DT : Sistem vertebro-basiler
DE : Insufisiensi vertebra-basiler
P) Diet : Biasa + RG III
IVFD : I RL + Brainolin 100 mg/24 jam
MM/
- Acyclovir 4 x 200 mg
- Amoksisilin 3 x 500 mg
- Sumagesik 3 x 1 tab
- Simvastatin 1 x 20 mg
- Acran injeksi 2 x 1 ampul
- Amlodipine 5 mg
- Ascardia 80 mg
- OBH syrup 3 x 1 C
9 Maret 2010 (PH 5)
S) -
O)
St. Generalis
KU : TSS Kes : CM
TD : 120/70 mmHg Nd : 80 x/menit
RR : 20 x/menit Sh : 36,6 0C
St. Neurologis
Rangsang Meningeal : y
Saraf Kranial : Tidak ada kelainan
Motorik : 5555 5555
5555 5555
Koordinasi : Baik
Refleks Fisiologis : ++/++
Refleks Patologis : -/-
Sensibilitas : Baik
Fungsi Luhur : Baik
A) DK : Vertigo tipe sentral
DT : Sistem vertebra-basiler
DE : Insufisiensi vertebra-basiler
P) Diet : Biasa + RG III
IVFD : I RL + Brainolin 100 mg/24 jam
MM/
- Simvastatin 1 x 20 mg
- Acran injeksi 2 x 1 ampul
- Amloidipine 5 mg
- Ascardia 80 mg
- OBH syrup 3 x 1 C
10 Maret 2010 (PH 6)
S) -
O)
St. Generalis
KU : TSR Kes : CM
TD : 120/70 mmHg Nd : 80 x/menit
RR : 20 x/menit Sh : 36,6 0C
St. Neurologis
Rangsang Meningeal : y
Saraf Kranial : Tidak ada kelainan
Motorik : 5555 5555
5555 5555
Koordinasi : Baik
Refleks Fisiologis : ++/++
Refleks Patologis : -/-
Sensibilitas : Baik
Fungsi Luhur : Baik
A) DK : Vertigo tipe sentral
DT : Sistem vertebra-basiler
DE : Insufisiensi vertebra-basiler
P) Diet : Biasa + RG III
IVFD -
MM/
- Simvastatin 1 x 20 mg
- Amloidipine 5 mg
- Ascardia 80 mg
- OBH syrup 3 x 1 C
DAFTAR PUSTAKA
Lumbantobing, SM. Vertigo Tujuh Keliling. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta 2003.
Lumbantobing, SM. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta 2003.
Mahar Marjono, Priguna S. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat. Jakarta 2003.
www. Keluarga sehat.com
www. Info_sehat.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar