Jumat, 30 Juli 2010

ANATOMI NERVUS I

SISTEM OLFAKTORIUS

Sistem olfaktorius dimulai dengan sisi yang menerima rangsangan olfaktorius, system ini terdiri dari bagian berikut:

1. Mukosa olfaktorius pada bagian atas kavum nasal.

2. Fila olfaktoria.

3. Bulbus olfaktorius.

4. Korteks (paleokorteks) pada lobus temporal unkus dan area subkalosal pada sisi medial lobus orbitalis.

Mukosa olfaktorius menutupi daerah seluas kurang lebih 2 cm2 pada atap tiap kavum nasi dan meluas ke arah konka nasalis superior dan septum nasi. Sel sensorik kecil dan sel-sel penunjangnya, tersebar pada epitel olfaktori khusus kelas tinggi. Kelenjar Bowman juga terletak disini, menghasilkan cairan serosa, yang disebut mukus olfaktorius, dan bahan aromatik mungkin menjadi larutan. Sel-sel sensorik (reseptor olfaktorius) merupakan neuron bipolar. Prosesus perifernya berakhir pada permukaan epitel dalam bentuk rambut-rambut olfaktorius pendek. Prosesus sentralis lebih halus. Beratus-ratus prosesus sentralis bergabung membentuk fasikulus yang tidak bermielin, yaitu filum olfaktorius. Pada setiap sisi lebih kurang terdapat 20 filum, yang berjalan melalui foramen dalam lempeng kribiformis tulang etmoidalis (lamina kribosa) dan berhubungan dengan bulbus olfaktorius. Filum tersebut adalah pendahulu dari saraf olfaktorius, dan dipercaya mempunyai kecepatan konduksi yang paling lambat dari semua saraf.

Bulbus olfaktorius adalah bagian yang menonjol dari otak (telensefalon). Merupakan tempat dari sinaps atau dendrite sel mitral yang rumit, sel tufted dan sel granular. Jadi, sel olfaktorius bipolar adalah neuron pertama dalam system penciuman, sel mitral dan sel tufted dari bulbus olfaktorius mewakili neuron kedua. Akson dari neuron-neuron ini membangun traktus olfaktorius, yang pada tiap sisi terletak lateral dari girus rekti di atas sulkus olfaktorius.

Di depan substansi anterior yang berlubang-lubang, dimana pembuluh darah korpus striatum keluar dan masuk, traktus olfaktorius membentuk trigonum olfaktorius, dan setiap traktus memecah ke dalam stria medial dan lateral. Serat stria lateral berlanjut di atas limen insula (sambungan korteks orbital dan insula) ke giri semilunaris dan ambient (area prepiriformis) ke dalam amigdala. Disini, neuron ketiga dimulai, yang meluas ke bagian anterior girus parahipokampus (area entorhinalis), mewakili area Broadman 28. Daerah ini merupakan region kortikal dari lapangan proyeksi dan daerah asosiasi dari sistem olfaktorius.

Akson stria medialis bersambung dengan daerah di bawah rostrum korpus kalosum (area subkalosa) dan dengan area septalis di depan komisura anterior. Ini merupakan komisura paleokorteks, yang menghubungkan kedua daerah olfaktorius dan membawa serat yang berkomunikasi dengan sistem limbik. Juga menghubungkan giri temporalis medialis dan sebagian giri temporalis inferior dari hemisfer tersebut. Sistem olfaktorius adalah satu-satunya sistem sensorik dimana impuls mencapai korteks tanpa dihubungkan lebih dahulu ke dalam thalamus. Interkoneksi sentralnya kompleks dan beberapantidak tidak sepenuhnya dimengerti.

Bau yang mencetuskan nafsu makan, menginduksi refleks salivasi, sedangkan bau yang amis mencetuskan mual, da muntah. Reaksi ini berkaitan dengan emosi. Penciuman yang dapat menyenangkan atau menjijikkan. Serat utama yang berhubungan dengan daerah otonom adalah berkas otak depan medial dan stria medularis talamus.

Berkas otak depan medial terdiri dari serat-serat yang muncul dari regio olfaktorius basalis, region periamigdaloid dan nucleus septalis. Pada perjalanannya melalui hipotalamus , beberapa serat berakhir pada nucleus hipotalamik. Kebanyakan serat berlanjut ke dalam batang otak dan berhubungan dengan daerah otonom pada formasio retikilaris dan dengan nucleus salivatorius dan nucleus dorsalis saraf vagus.

Stria talamikus medialis bersinap dalam nucleus habenularis. Traktus habenulopedunkularis (traktus retropleksus) berlanjut dari nucleus ini ke nucleus interpedunkularis (ganglion Ganser) dan nucleus tegmentalis, kemudian jauh ke bawah, ke pusat otonom formasio retikularis batang otak.

Emosi yang menyertai rangsangan olfaktorius, mungkin berkaitan ke serat yang berhubungan dengan talamus, hipotalamus dan sistem limbik. Area septalis berhubungan dengan area lainnya, girus singulatus melalui serat yang bersangkutan.

Gangguan penciuman dapat disebabkan oleh:

1. Agenesis traktus olfaktorius, yang terjadi sebagai satu-satunya dari otak.

2. Penyakit mukosa olfaktorius (rhinitis, tumor nasal).

3. Sobeknya filum olfaktorius karena fraktur lamina kribosa.

4. Destruksi bulbus olfaktorius dan traktus akibat kontusi contrecoup, biasa disebabkan karena jatuh pada belakang kepala. Anosmia unilateral atau bilateral mungkin merupakan satu-satunya bukti neurologis dari trauma region orbital.

5. Sinusitis etmoidalis, osteitis tulang etmoid, dan peradangan selaput otak di dekatnya dan kavitasnya.

6. Tumor garis tengah dari fossa kranialis anterior, terutama meningioma sulkus olfaktorius (fossa etmoidalis), yang dapat menghasilkan trias anosmia, sindrom Foster Kennedy dan gangguan kepribadian jenis lobus orbitalis (hilangnya inhibisi, seperti pada paresis umum dan penyakit Pick lobus orbital). Adenoma hipofise yang meluas ke rostral juga dapat merusak penciuman.

7. Penyakit yang mencakup lobus temporalis anterior dan basisnya (tumor intrinsic atau ekstrinsik), yang dapat menghasilkan serangkaian unsinatus dalam bentuk yang tidak menyenangkan, atau kadang-kadang halusinasi olfaktorius yang menyenangkan. Serangkaian lobus temporalis dapat dimulai dengan aura olfaktorius. Giri prepiriformis dan hipokampus (Brodmann 28) mungkin terlibat dalam persepsi dan pengenalan bau, dan membandingkannya dengan impresi olfaktorius sebelumnya, dan dalam menghubungkan impresi tersebut dengan pengalaman pada situasi yang tidak jelas.

Pasien mungkin tidak menyadari bahwa indera penciumannya hilang. Sebaliknya, ia mungkin mengeluh tentang rasa pengecapan yang hilang, karena kemampuan untuk merasakan aroma, suatu sarana yang penting untuk pengecapan menjadi hilang.

Referensi : Peter Duus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar