Sabtu, 31 Juli 2010

SYOK ANAFILAKTIK

PENANGANAN SYOK ANAFILAKTIK

Tabel. Gejala dan Tanda Anafilaksis Berdasarkan organ sasaran(1)

Sistem

Gejala dan Tanda

Umum

Prodromal

Pernapasan

Hidung

Laring

Lidah

Bronkus

Kardiovaskular

Gastrointestinal

Kulit

Mata

Susunan saraf pusat

Lesu, lemah, rasa tidak enak yang sukar dilukiskan, rasa tidak enak di dada dan perut, rasa gatal di hidung dan palatum

Hidung gatal, bersin dan tersumbat

Rasa tercekik, suara serak, sesak napas, stridor, edema, spasme

Edema

Batuk, sesak, mengi, spasme

Pingsan, sinkop, palpitasi, takikardi, hipotensi sampai syok, aritmia. Kelainan EKG : gelombang T datar, terbalik, atau tanda-tanda infark miokard

Disfagi, mual, muntah, kolik, diare yang kadang-kadang disertai darah, peristaltik usus meninggi

Urtikaria, angioedema di bibir, muka atau ektremitas

Gatal, lakrimasi

Gelisah, kejang

5-10 menit syok anafilaktik dapat menyebabkan kematian(2)

Pertolongan pertama untuk menangani syok anafilaktik, yaitu :

Menurut Rengganis(1)

v Adrenalin/epinefrin 1 : 1000 sebanyak 0,01 ml/KgBB sampai dengan maksimal 0,3 ml (SC),

- Berikan tiap 15-20 menit sampai 3-4 kali bila keadaan pasien bertambah buruk.

- Bila kondisi awal sudah berat berikan secara IM dan kadang dosis dapat sampai 0,5 ml.

- Bila pencetus alergen seperti penisilin dan sengatan serangga, segera suntikan adrenalin 1 : 1000 dibekas tempat suntikan untuk mengurangi absorpsi alergen.

- Bila mungkin pasang tourniquet proksimal dari tempat suntikan dan kendorkan setiap 10 menit. Tourniquet dapat dilepas bila keadaan terkendali.

Menurut Istiantoro(2)

v Larutan adrenalin 1 : 1000 sebanyak 0,3-0,4 ml (IM), jangan sampai 1 ml. Ulangi dengan cara dan dosis yang sama bila sistolik belum 90 mmHg. Umumnya diulangi 1-4 kali penyuntikan, lalu

v Hidrokortison 100 mg atau Deksametason 5-10 mg (IV/IM), bila syok berat dan lama.

v Antihistamin (IM) tidak efektif dan tidak dianjurkan.

Menurut Pusponegoro(3)

v 1 ml larutan arenalin 1 : 1000 (SC), dan

v Hidrokortison 200-500 mgr (IM), dan

v Antihistamin (IV).

REFERENSI

1. Rengganis I, Sundaru H, Sukmana N, Mahdi D. Renjatan Anafilaktik. Dalam: Sudoyo AW, dkk, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbit IPD FKUI; 2007. 2: 190-1.

2. Istiantoro YH, Gan VHS. Penisilin, Sefalosporin, dan Antibiotik Betalaktam Lainnya. Dalam: Ganiswara SG, dkk, editor. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Jakarta: Bagian Farmakologi FKUI; 2003. 4: 629.

3. Pusponegoro AD. Syok. Dalam: Sjamsuhidajat R, Ahmadsyah I, Jong W, editor. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC; 2005. 1: 124.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar