PENANGANAN SYOK ANAFILAKTIK
Tabel. Gejala dan Tanda Anafilaksis Berdasarkan organ sasaran(1)
Sistem | Gejala dan Tanda |
Umum Prodromal Pernapasan Hidung Laring Lidah Bronkus Kardiovaskular Gastrointestinal Kulit Mata Susunan saraf pusat | Lesu, lemah, rasa tidak enak yang sukar dilukiskan, rasa tidak enak di dada dan perut, rasa gatal di hidung dan palatum Hidung gatal, bersin dan tersumbat Rasa tercekik, suara serak, sesak napas, stridor, edema, spasme Edema Batuk, sesak, mengi, spasme Pingsan, sinkop, palpitasi, takikardi, hipotensi sampai syok, aritmia. Kelainan EKG : gelombang T datar, terbalik, atau tanda-tanda infark miokard Disfagi, mual, muntah, kolik, diare yang kadang-kadang disertai darah, peristaltik usus meninggi Urtikaria, angioedema di bibir, muka atau ektremitas Gatal, lakrimasi Gelisah, kejang |
5-10 menit syok anafilaktik dapat menyebabkan kematian(2)
Pertolongan pertama untuk menangani syok anafilaktik, yaitu :
Menurut Rengganis(1)
v Adrenalin/epinefrin 1 : 1000 sebanyak 0,01 ml/KgBB sampai dengan maksimal 0,3 ml (SC),
- Berikan tiap 15-20 menit sampai 3-4 kali bila keadaan pasien bertambah buruk.
- Bila kondisi awal sudah berat berikan secara IM dan kadang dosis dapat sampai 0,5 ml.
- Bila pencetus alergen seperti penisilin dan sengatan serangga, segera suntikan adrenalin 1 : 1000 dibekas tempat suntikan untuk mengurangi absorpsi alergen.
- Bila mungkin pasang tourniquet proksimal dari tempat suntikan dan kendorkan setiap 10 menit. Tourniquet dapat dilepas bila keadaan terkendali.
Menurut Istiantoro(2)
v Larutan adrenalin 1 : 1000 sebanyak 0,3-0,4 ml (IM), jangan sampai 1 ml. Ulangi dengan cara dan dosis yang sama bila sistolik belum 90 mmHg. Umumnya diulangi 1-4 kali penyuntikan, lalu
v Hidrokortison 100 mg atau Deksametason 5-10 mg (IV/IM), bila syok berat dan lama.
v Antihistamin (IM) tidak efektif dan tidak dianjurkan.
Menurut Pusponegoro(3)
v 1 ml larutan arenalin 1 : 1000 (SC), dan
v Hidrokortison 200-500 mgr (IM), dan
v Antihistamin (IV).
REFERENSI
1. Rengganis I, Sundaru H, Sukmana N, Mahdi D. Renjatan Anafilaktik. Dalam: Sudoyo AW, dkk, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbit IPD FKUI; 2007. 2: 190-1.
2. Istiantoro YH, Gan VHS. Penisilin, Sefalosporin, dan Antibiotik Betalaktam Lainnya. Dalam: Ganiswara SG, dkk, editor. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Jakarta: Bagian Farmakologi FKUI; 2003. 4: 629.
3. Pusponegoro AD. Syok. Dalam: Sjamsuhidajat R, Ahmadsyah I, Jong W, editor. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC; 2005. 1: 124.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar